BAB III
ATRIBUT SOFT SKILLS

 

Soft skills didefinisikan sebagai ”Personal and interpesonal behaviors that develop and maximize human performance (e.g. coaching, team building, initiative, decision making etc.) Soft skills does not include technical skills such as financial, computing and assembly skills “. (Berthal). Peggy dalam bukunya berjudul The Hard Truth about Soft Skills yang terbit tahun 2007, mengatakan bahwa “soft skills encompass personal, social, communication, and self management behaviours, they cover a wide spectrum: self awareness, trustworthiness, conscientiousness, adaptability, critical thinking, organizational awareness, attitude, innitiative, emphathy, confidence, integrity, self-control, leadership, problem solving, risk taking and time management”.
ideaSoft skills adalah ketrampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (termasuk dengan dirinya sendiri). Atribut soft skills, dengan demikian meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter dan sikap.

Atribut soft skills ini dimiliki oleh setiap orang dengan kadar yang berbeda-beda, dipengaruhi oleh kebiasaan berfikir, berkata, bertindak dan bersikap. Namun, atribut ini dapat berubah jika yang bersangkutan mau merubahnya dengan cara berlatih membiasakan diri dengan hal-hal yang baru.  Kebiasaan baru ini paling tidak dilakukan selama 90 hari berturut-turut (Aribowo, 2005).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh negara-negara Inggris, Amerika dan Kanada, ada 23 atribut softskills yang dominan di lapangan kerja. Ke 23 atribut tersebut diurut berdasarkan prioritas kepentingan di dunia kerja, yaitu:

1. Inisiatif                     
2. Etika/integritas          
3. Berfikir kritis             
4. Kemauan belajar        
5. Komitmen                 
6. Motivasi                   
7. Bersemangat            
8. Dapat diandalkan      
9. Komunikasi lisan       
10. Kreatif
11. Kemampuan analitis
12. Dapat mengatasi  stres

13. Manajemen diri
14. Menyelesaikan persoalan
15. Dapat meringkas
16. Berkoperasi
17. Fleksibel
18. Kerja dalam tim
19. Mandiri
20. Mendengarkan
21. Tangguh
22. Berargumentasi logis
23. Manajemen waktu

Beberapa lembaga pendidikan/perguruan tinggi, lembaga konsultan SDM dan beberapa acara diskusi terbatas di DIKTI telah menghasilkan rumusan atribut soft skills yang bervariasi di dunia pekerjaan. Misalnya, hasil Tracer Study yang dilakukan oleh Departemen (dulu jurusan) Teknologi Industri Pertanian IPB tahun 2000, menyatakan bahwa atribut jujur, kerjasama dalam tim, integritas, komunikasi bahkan rasa humor sangat diperlukan dalam dunia kerja. 

Penulis buku-buku serial manajemen diri, Aribowo, membagi soft skills atau people skills menjadi dua bagian, yaitu intrapersonal skills dan interpersonal skills. Intrapersonal skills adalah keterampilan seseorang dalam ”mengatur” diri sendiri. Intrapersonal skills sebaiknya dibenahi terlebih dahulu sebelum seseorang mulai berhubungan dengan orang lain. Adapun Interpersonal skills adalah keterampilan seseorang yang diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain. Dua jenis keterampilan tersebut dirinci sebagai berikut:

 Intrapersonal Skill

  • Transforming Character
  • Transforming Beliefs
  • Change management
  • Stress management
  • Time management
  • Creative thinking processes
  • Goal setting & life purpose
  • Accelerated learning techniques

  Interpersonal Skill

  • Communication skills
  • Relationship building
  • Motivation skills
  • Leadership skills
  • Self-marketing skills
  • Negotiation skills
  • Presentation skills
  • Public speaking skills

Belakangan yaitu kira-kira tahun 2006-an sedang dikembangkan atribut lain yang tergolong pada extra personal concern, yang mengandung makna kearifan/welas asih atau wisdom.  Atribut ini penting karena kalaulah dia menjadi seorang pengusaha maka tidak menjadi pengusaha yang bengis, memiliki kebijakan yang berorientasi pada win-win solution.

Dalam rangka mengembangkan atribut soft skills peserta didik di perguruan tinggi, diperlukan identifikasi awal atribut soft skills apa yang ingin dikembangkan di perguruan tinggi. Hal ini dapat diidentifikasi dengan teknik survey kepada mahasiswa melalui penyebaran kuesioner. Para mahasiswa diberi lembar kuesioner yang berisi daftar atribut soft skills. Daftar atribut soft skills dapat diperoleh dari hasil jajak pendapat kepada pengguna lulusan, dan kajian dan visi para pendidik di perguruan tinggi yang dipadukan dengan tata nilai serta norma yang diyakininya untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. Masih jarang Perguruan Tinggi di Indonesia yang secara eksplisit menyatakan nilai-nilai yang dianutnya. Kalaupun ada jarang sekali disosialisasikan kepada seluruh dosen, karyawan dan para mahasiswanya. Beruntunglah di IPB ada project I-MHERE yang mengadakan kegiatan membangun budaya korporat sehingga dapat menghasilkan 7 nilai budaya korporat. Dalam menentukan atribut soft skills yang akan dikembangkan seyogyanya mengacu pada nilai yang dianutnya. Tujuh nilai IPB yang dapat dijadikan acuan yaitu:

  1. Keunggulan Akademik
  2. Spiritualisme
  3. Gigih
  4. Peduli
  5. Senang Bekerjasama
  6. Bertanggungjawab
  7. Komitmen

Kuesioner yang telah diisi oleh mahasiswa diolah dan diamati modus yang paling banyak muncul yang diinginkan oleh mahasiswa untuk dikembangkan selama di perguruan tinggi. Atribut yang ingin dikembangkan biasanya berbeda antar tingkat. Kebutuhan di tingkat satu akan berbeda dengan di tingkat-tingkat atasnya.  Hal ini sering luput dari perhatian para pembina kemahasiswaan, pengembang kutrikulum di jurusan/departemen, dan para pembina bimbingan dan konseling. Pada kurikulum konvensional atribut soft skills jarang sekali muncul di dalam pernyataan tujuan program studi atau kompetensi (dalam KBK). Mungkin selama ini kita semua terfokus pada pengembangan hard skills saja.

Pengembangan soft skills di perguruan tinggi dapat dilakukan melalui kegiatan proses pembelajaran dan juga kegiatan kemahasiswaan dalam kegiatan ekstra kurikuler atau ko-kurikuler. Yang terpenting, soft skills ini bukan bahan hafalan melainkan dipraktekkan oleh individu yang belajar atau yang ingin mengembangkannya. Pada saat mahasiswa ingin mengembangkan minat dan bakatnya di dalam bidang olah raga umpamanya, acapkali pembimbing kegiatan olah raga hanya berpusat pada teknik bagaimana memenangkan pertandingan yang akan dilakukan oleh mahasiswanya. Tidak sedikit yang tidak mengindahkan, bahwa pada saat dosen menjadi pembina olah raga, maka soft skills yang perlu dikembangkan adalah sportifitas, keberanian untuk kalah, keberanian untuk menang dan semangat juang yang membara. Seringkali, hard skills-nya dalam teknik shooting (untuk basket ball), atau menendang dan bertahan (untuk sepak bola) yang selalu kita perhatikan. Namun, ketika menerima kekalahan, bukan introspeksi diri yang pertama dilakukan, tetapi mungkin malah menyalahkan cara kerja wasit, atau kecurangan yang dilakukan oleh lawan. Hal-hal demikian akan banyak digali dalam kegiatan kemahasiswaan.   

Pengembangan soft skills dalam proses pembelajaran dapat dilakukan melalui kegiatan belajar melalui tatap muka di dalam kelas maupun praktek di laboratorium atau lapangan. Hal ini memerlukan keikhlasan dan kreatifitas dosen yang mengampu mata ajaran dan kompetensi yang diharapkan dari pembelajaran mata kuliah yang diampu tersebut.

 

 

 

Red Rose

TRINA

index_08